A. Kedai Kopi sebagai tempat interaksi sosial
Beberapa hari terakhir, aku melakukan survei ke beberapa kedai kopi di Bogor. Survei-ku ini merupakan kelanjutan dari survei ke beberapa kedai kopi di Jogjakarta beberapa waktu lalu.
Di Jogjakarta, kedai kopi menjamur bak cendawan di musim hujan sehingga persaingan di dalamnya sangat ketat. Mulai dari kedai kopi yang high-middle-class sampai dengan kedai kopi yang middle-low class. Masing-masing dengan kekhasan tersendiri. Jogjakarta memang terkenal dengan jiwa sosial dan kumpul-kumpul sehingga banyak sekali ide-ide segar yang diperoleh dari kumpul di warung kopi. Berbeda dengan kondisi di Jogjakarta, di Bogor kedai kopi banyak sekali berdiri untuk melayani klas yang relatif high-middle class dengan harga premium.
Di, Jogjakarta, kedai kopi kelas middle-low banyak didatangi oleh mahasiswa untuk bertemu dan bertukar gagasan. Kedai kopi middle-low juga menjadi tempat berkumpul untuk mendatangkan inspirasi bagi seniman jalanan di Jogja. Sedangkan pada kelas middle-high, kedai kopi di Jogja menjadi tempat berkumpul para seniman, event-organizer, dan berbagai kalangan untuk pertemuan bisnis. Di Bogor, kedai kopi sekelas Ranin menjadi tempat berkumpulnya berbagai kalangan, mulai dari para barista, penggerak LSM, aktivis partai, seniman tempat diskusi mahasiswa paska bahkan sering sekali menjadi tempat Focus Group Discusion (FGD).
Diantara perbedaan kultur antara
Jogjakarta dan Bogor serta perbedaan yang aku lihat pada klas yang
dilayani, aku melihat suatu potensi untuk dikembangkan. Sebagian
masyarakat barangkali melihat kedai kopi hanyalah tempat ngumpul tanpa
tujuan jelas, yaitu tempat untuk menyalurkan hasrat berkumpul dengan
implikasi negatif. Padahal sebenarnya kedai kopi sebagai suatu tempat
untuk berkumpul memunculkan kreativitas yang sangat bermanfaat bagi
industri kreatif.
B. Industri kreatif di Indonesia
Industri kreatif didefinisikan dalam
Wikipedia sebagai :
Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi.
Industri kreatif dipandang semakin penting dalam mendukung kesejahteraan
dalam perekonomian, berbagai pihak berpendapat bahwa "kreativitas
manusia adalah sumber daya ekonomi utama" dan bahwa “industri abad kedua puluh satu akan tergantung pada produksi pengetahuan melalui kreativitas dan inovasi.
Industri kreatif di Indonesia dipetakan oleh Kementrian Perdagangan Indonesia menjadi beberapa subsektor :
- Periklanan
- Arsitektur
- Pasar Barang
Seni
- Kerajinan
- Desain
- Fesyen
- Video,
Film dan Fotografi
- Permainan
Interaktif
- Musik
- Seni
Pertunjukan
- Penerbitan
dan Percetakan
- Layanan
Komputer dan Piranti Lunak
- Televisi
dan Radio
- Riset dan
Pengembangan
- Kuliner
Karakteristik dari industri kreatif memerlukan penciptaan dan penggunaan pengetahuan (knowledge) dan informasi. Berbeda dengan industri ekstraktif dan industri manufaktur yang tidak banyak membutuhkan kreasi dan penggunaan pengetahuan dan informasi.
Sebuah blog membahas mengenai industri kreatif menyebutkan bahwa :
Dalam industri kreatif, berlaku sebuah rumus bahwa
nilai ekonomi suatu produk, jasa, bukan lagi ditentukan oleh bahan
bakunya atau sistem produksinya seperti pada era industri, melainkan
pada pemanfaatan kreatifitas dan inovasinya.
Wallas dalam bukunya "Art of Thought" berpandangan bahwa kreativitas
adalah proses menemukan ide-ide baru atau menjalankan ide-ide yang
sudah ada dalam ruang lingkup yang berbeda (Wallas, G, 1926).
C. Kedai kopi sebagai industri kreatif sekaligus fasilitasi interaksi kreatif
C.1. Industri kreatif bernama kedai kopi
Dalam dunia perkopian, terdapat "paradoks kopi" atau coffee paradox dimana kopi dalam negeri sering sekali dihargai rendah di tingkat petani. Penikmat rente ekonomi banyak dinikmati oleh roaster dan terlebih importir di negara tujuan yang memperoleh keuntungan berlipat. Sedangkan selama ini, produk kopi yang beredar di masyarakat adalah kopi instan. Kualitas dari kopi instan itu tergolong rendah karena menggunakan kopi campuran berkualitas rendah. Keuntungan dari fabrikan kopi instan terletak pada pengemasan dan pembentukan image yang sering disebut juga "customer learning". Kedai kopi, terutama yang menjual single-origin coffee memberikan nilai tambah yang besar pada kopi nasional. Bahkan apabila kedai kopi mampu membentuk jaringan langsung ke petani, maka petani akan mendapatkan untung yang lebih besar dibandingkan apabila menjual melalui tengkulak.
Sebagai sebuah industri kreatif, kedai kopi meningkatkan nilai dari komoditas kopi dan mampu memberikan nilai tambah pada komoditas kopi yang merupakan andalan perkebunan Indonesia.
Selain meningkatkan nilai komoditas kopi, kedai kopi juga bisa digunakan sebagai tempat untuk memasarkan makanan unik dan khas kedai kopi tersebut, sehingga bisa memunculkan industri kreatif kuliner. Jarang sekali sebuah kedai kopi yang tidak menyajikan masakan.
C.2. Kedai kopi sebagai fasilitas interaksi kreatif
Kolaborasi yang kreatif dapat terjadi apabila dua orang atau lebih
atau tiap-tiap komunitas bekerja sama dalam sebuah pertemuan yang
mebahas tujuan yang sama dengan cara membagi pengetahuan, belajar dan
menciptakan mufakat.
Kedai kopi yang baik bukan hanya menjual kopi yang berkualitas maupun menjual kuliner yang enak, namun mampu menciptakan suasana yang kreatif dan kolaboratif. Selama ini di beberapa kedai kopi, interaksi sosial, karena biasanya sebagian besar pengunjung datang bersama kelompoknya. Apabila sebuah kedai kopi bisa memancing kelompok sosial yang kreatif dan inovatif maka akan menjadi wahana bagi penciptaan industri-industri kreatif.